Selasa, 31 Januari 2012

KONSERVASI ALAM

Konservasi Alam
konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau melindungi alam Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris,(Inggris)Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan.
Sedangkan menurut ilmu lingkungan, Konservasi adalah:
§  Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya.
§  Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam
§  (fisik) Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kiamia atau transformasi fisik.
§  Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan
§  Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara keaneka-ragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan lingkungan alaminya.
Hal ini juga ditetapkan dalam undang-undang yaitu:

Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan:
1. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
2. Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
3. Ekosistem sumber daya alam hayati adalah sistem hubungan timbal balik antara unsur dalam alam, baik hayati maupun non hayati yang saling tergantung dan pengaruh mempengaruhi.
4. Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam nabati, baik yang hidup di darat maupun di air.
5. Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara.
6. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang hidup di alam bebas dan atau dipelihara, yang masih mempunyai kemurnian jenisnya.
7. Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.
8. Habitat adalah lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang secara alami.
9. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
10. Cagar alam adalah kawasan suaka alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
11. Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
12. Cagar biosfer adalah suatu kawasan yang terdiri dari ekosistem asli, ekosistem unik, dan atau ekosistem yang telah mengalami degradasi yang keseluruhan unsur alamnya dilindungi dan dilestarikan bagi kepentingan penelitian dan pendidikan.
13. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
14. Taman nasional adalah kawasan pelesatarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
15. Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
16. Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
Pasal 2
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berasaskan pelestarian kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang.
Pasal 3
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.
Pasal 4
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah serta masyarakat.
Pasal 5
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan:
a. perlindungan sistem penyangga kehidupan;
b. pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;
c. pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
BAB II
PERLINDUNGAN SISTEM PENYANGGA KEHIDUPAN
Pasal 6
Sistem penyangga kehidupan merupakan satu proses alami dari berbagai unsur hayati dan non hayati yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk.
Pasal 7
Perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

Pasal 8
(1) Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pemerintah menetapkan:
a. wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan;
b. pola dasar pembinaan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan;
c. pengaturan cara pemanfaatan wilayah pelindungan sistem penyangga kehidupan.
(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 9
(1) Setiap pemegang hak atas tanah dan hak pengusahaan di perairan dalam wilayah sistem penyangga kehidupan wajib menjaga kelangsungan fungsi perlindungan wilayah tersebut.
(2) Dalam rangka pelaksanaan perlindungan sistem penyangga kehidupan, Pemerintah mengatur serta melakukan tindakan penertiban terhadap penggunaan dan pengelolaan tanah dan hak pengusahaan di perairan yang terletak dalam wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8.
(3) Tindakan penertiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 10
Wilayah sistem penyangga kehidupan yang mengalami kerusakan secara alami dan atau oleh karena pemanfaatannya serta oleh sebab-sebab lainnya diikuti dengan upaya rehabilitasi secara berencana dan berkesinambungan.
BAB III
PENGAWETAN KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA BESERTA EKOSISTEMNYA
Pasal 11
Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan melalui kegiatan:
a. pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;
b. pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.
Pasal 12
Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan dengan menjaga keutuhan kawasan suaka alam agar tetap dalam keadaan asli.


Pasal 13
(1) Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan suaka alam.
(2) Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di dalam kawasan suaka alam dilakukan dengan membiarkan agar populasi semua jenis tumbuhan dan satwa tetap seimbang menurut proses alami di habitatnya.
(3) Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar kawasan suaka alam dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan jenis tumbuhan dan satwa untuk menghindari bahaya kepunahan.
BAB IV
KAWASAN SUAKA ALAM
Pasal 14
Kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 terdiri dari:
a. cagar alam;
b. suaka margasatwa.
Pasal 15
Kawasan suaka alam selain mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, juga berfungsi sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).
Pasal 16
(1) Pengelolaan kawasan suaka alam dilaksanakan oleh Pemerintah sebagai upaya pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
(2) Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi penetapan dan pemanfaatan suatu wilayah sebagai kawasan suaka alam dan penetapan wilayah yang berbatasan dengannya sebagai daerah penyangga diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 17
(1) Di dalam cagar alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya.
(2) Di dalam suaka margasatwa dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata terbatas, dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya.
(3) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 18
(1) Dalam rangka kerjasama konservasi internasional, khususnya dalam kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, kawasan suaka alam dan kawasan tertentu lainnya dapat ditetapkan sebagai cagar biosfer.
(2) Penetapan suatu kawasan suaka alam dan kawasan tertentu lainnya sebagai cagar biosfer diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 19
(1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk kegiatan pembinaan habitat untuk kepentingan satwa di dalam suaka margasatwa.
(3) Perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.

Rabu, 25 Januari 2012


FAKTA MENARIK TENTANG SEMUT RANGRANG
By : Rianto H  Manalu

Pada umumnya kita sering melihat semut rangrang terdapat di kebun, sering kali kita menganggap bahwa semut rang-rang bukanlah hewan yang menarik untuk di jadikan bahan penambah wawasan, terutama bagi petani buah semut rangrang merupakan serangga yang acap kali mengganggu proses pemanenan karena gigitannya yang sakit. Saya akan memaparkan beberapa fakta menarik tentang semut rangrang, yang selama ini dianggap merugikan dan tidak menarik untuk di pelajari, berikut uraiannya :
1.    Semut Sebagai Sahabat Petani.
Banyak dari kita pasti berpikir “bagaimana bisa dikatakan semut sebagai sahabat petani,  jika pada saat panen tiba semut merupakan serangga pengganggu yang selalu menggigit tubuh para petani?”. Disinilah fakta menarik pertama akan diungkap, semut rangrang merupakan salah satu serangga yang dapat meningkatkan kualitas buah, sehingga buah yang dihasilkan lebih menarik dan lebih segar, Bagaimana bisa?, mari kita amati sejenak, sering kali kita melihat pohon yang memiliki buah terdapat penyakit yang disebabkan oleh ulat pemakan daun, dan serangga-serangga pemakan buah serta kepik hijau. Disinilah peranan semut rangrang mulai terlihat, dimana semut rangrang akan mengganggu, menghalangi serta memangsa hama tersebut, sehingga dapat meningkatkan kualitas dari buah yang dihasilkan.
 
Gbr 1. Semut Rangrang yang Menghalangi Serta  Memangsa Hama yang Merusak Tanaman

2.    Cara berkomunikasi yang Unik.
Pasti kita pernah melihat ketika semut sedang berjalan pada tembok atau dahan ranting semut-semut ini acap kali bertabrakan, tapi taukah kita bahwa itu merupakan cara mereka berkomunikasi , dimana dengan bersentuhan satu sama lain mereka menyampaikan informasi (dalam bentuk bau-bauan) dimana mereka menemukan mangsa hingga seberapa besar mangsa tersebut. Wouw …. Hebat bukan…..       
Gbr 2. Semut Rangrang Berkomunikasi.

3.    Struktur Sosial Semut Rangrang.
Seperti halnya semut lainnya, semut rangrang juga memiliki struktur sosial. Semut rangrang hidup dalam kelompok sosial dimana pekerjaan dibagi berdasarkan kastanya, berikut merupakan tingkatan sosial (kasta) semut rangrang :
a.    Ratu semut.
Dalam tiap-tiap koloni yang terdiri dari beberapa sarang dapat dijumpai satu atau beberapa ratu semut,dimana bila musim kemarau hanya akan ada satu ratu semut dalam sebuah kolonin, dan pada musim hujan akan ada beberapa ratu semut dalam sebuah koloni, hal ini dikarenakan pada musim kemarau terdapat sedikit makanan dan pada musim hujan banyak terdapat sumber makanan.
Ratu semut mudah di kenali dari tubuhnya yang besar dan bersayap, ratu semut berfungsi untuk menelurkan bayi-bayi semut. Dan ratu semut dapat hidup dalam beberapa bulan.
b.    Semut jantan.
Semut jantan merupakan semut yang berfungsi mengawini ratu semut, dan ketika ia selesai mengawini ratu semut ia akan mati, dan tahukah anda bahwa semut jantan hanya memilki umur 1 minggu (singkat banget yach…)
Semut jantan berukuran lebih kecil dari ratu semut dan memiliki warna kehitam-hitaman.
c.    Semut pekerja.
Semut pekerja merupakan semut-semut betina yang mandul. Mereka tinggal dalam sarang untuk merawat  semut-semut muda.
d.   Semut prajurit.
Semut prajurit merupakan semut yang paling banyak jumlahnya dalam koloni dan bertanggung jawab untuk semua aktivitas dalam koloninya.  Mereka bekerja menjaga sarang dari gangguan pengacau, mencari dan mengumpulkan makanan untuk semua koloninya serta membangun sarang. Hmmmm…. Kebanyang kan gimana jika dalam suatu koloni semut tidak terdapat semut prajurit…..
Gbr 3. Struktur Sosial Semut Rangrang.

4.    Cara Memangsa Makanan.
Tidak kalah menarik semut rangrang dapat memangsa serangga yang 100 kali lebih besar daripada besar tubuhnya, ketika menemukan mangsa semua semut prajurit akan menyebarkan bau dengan cara bersentuhan dengan semut yang lain, ketika beberapa semut menyebarkan informasi kepada semut yang lain, beberapa semut yang lain akan tinggal dan ‘mengeksekusi’  mangsa tersebut dengan cara menjepit mangsa dengan gigi-giginya. Bukankah itu sesuatu yang luar biasa!
Gbr 4 Semut Rangrang dan Mangsanya


5.    Perilaku Semut Rangrang.
Tahukah anda semut rangrang juga memilki prilaku yang sama dengan manusia lho…
Mau tau prilakunya seperti apa, mari kita lihat secara seksama :
a.    Pemberani
Tahukah anda bahwa semut rangrang berani menyerang organism lain yang mengganggu meskipun ukuran tubuhnya 100 kali lebih besar dari ukuran tubuhnya.
b.    Lincah
Semut rangrang dapat berlarian di dahan atau ranting-ranting pohon sepanjang hari.
c.    Disiplin
Apabila ada suatu aktifitas yang harus dilakukan secara berkelompok, maka semua akan berperan serta dalam aktifitas tersebut, tak seekor semutpun yang meninggalkan kelompoknya.
d.   Cerdas
Kelompok semut rangrang membangun system komunikasi diantara mereka dengan mengeluarkan aroma dan sentuhan tertentu. Dalam waktu singkatsemua anggota kelompok dapat mengetahui apabila terjadi sesuatu dalam kelompoknya dan mereka akan langsung melakukan pembagian tugas apa yang harus di lakukan.
   Coba pikirkan semua semut memililiki semua perilaku di atas, apakah semua manusia memiliki perilaku di atas????
Hebat bukan!!!!

6.    Sistem Kekerabatan.
Dari sekian banyak keunggulan semut rangrang, system kekerabatan mereka lah yang kurang patut di contoh,  karena apa?
Karena antara spesies semut yang satu dengan spesies semut yang lainnya saling bermusuhan, bahkan bila spesies yang sama bila berbeda koloni bisa saling serang….
Wah… berarti semboyan mereka tidak sama dengan semboyan Negara kita yang memakai semboyan Bineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetap satu jua), ahhhahhahhhah
                               (Dikutip dari buku :  SEMUT SAHABAT PETANI)

Selasa, 25 Oktober 2011

Sarang Semut dari Negeri Papua


Sarang Semut dari Negeri Papua Terbukti Tumpas Penyakit

Pepatah minang mengatakan ‘Alam Takambang Jadi Guru’.  Hal itu lah yang kita rasakan selama ini, siapa sangka sarang semut bisa memberikan manfaat besar bagi kesehatan manusia. Sarang semut merupakan jenis tumbuhan epifit yang hidupnya menempel pada tumbuhan lain. Sarang semut (Myrmecodia pedens) berasal dari papua yang secara tradisional telah digunakan oleh penduduk papua untuk mengobati berbagai penyakit secara turun-temurun.
Secara ekologi tumbuhan, tumbuhan sarang semut tersebar dari hutan bakau dan pohon-pohon  di pinggir pantai hingga ketinggian 2.400 m diatas permukaan laut. Umumnya tumbuhan sarang semut hanya terdiri dari satu batang, jarang bercabang , dan mempunyai ruas yang tebal dan pendek. Batang bagian bawahnya secara progresif menggelembung dengan sendirinya sejak dari perkecambahan biji. Daun umumnya tebal seperti kulit dan pada beberapa spesies mempunyai daun yang sempit dan panjang. Hipokotilnya berbentuk bulat saat muda dan memanjang setelah tua tetapi ada juga jenis yang bulat tidak beraturan. Kulit hipokotil pada umunya berduri.

Gambar. Tumbuhan Sarang Semut
Keunikan Sarang Semut terletak pada interaksi semut yang bersarang pada umbi yang terdapat lorong-lorong didalamnya. Kestabilan suhu di dalamnya membuat koloni semut betah berlama-lama bersarang di dalam tanaman ini. Dalam jangka waktu yang lama terjadilah reaksi kimiawi secara alami antara senyawa yang dikeluarkan semut dengan zat yang terkandung di dalam Sarang Semut, perpaduan inilah yang diduga membuat Sarang Semut ampuh mengatasi berbagai penyakit. Selain semut, cendawan endofit juga menghuni hipokotil sehingga terjadi simbiosis antara tumbuhan, sarang semut, semut dan tumbuhan.
Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat adalah daging hipokotil (caudex). Permukaan hipokotil dipenuhi oleh duri tajam yang dapat melindungi semut dari pemangsa herbivora. Pada bagian dalam hipokotil terdapat domatia atau labirin yang dihuni oleh ratusan semut. Zat utama yang dimiliki oleh sarang semut adalah flavonoid, tanin, polifenol, tokoferol, magnesium, kalsium besi, fosfor, natrium dan seng. Flavonoid, tanin dan polifenol merupakan antioksidan kuat beberapa kali lebih kuat dari vitaman C dan E sehingga memberikan efek menurunkan risiko beberapa jenis beberapa kanker dan penyakit kardiovaskuler.
Berikut ini adalah jenis-jenis penyakit yang sudah terbukti dapat diatasi oleh Sarang Semut berdasarkan pengalaman empiris dari para pengguna.
·         Berbagai jenis kanker dan tumor; Seperti kanker payudara, otak, hidung, lever, paru-paru, usus, rahim, kulit, prostat, dan kanker darah (leukimia)
·         Jantung Koroner dan berbagai gangguan jantung
·         Stroke berat dan ringan
·         Membantu mengobati Lupus
·         Menghilangkan benjolan-benjolan pada payudara
·         Gangguan ginjal dan prostat
·         TBC & masalah paru-paru
·         Ambien (Wasir) baru maupun lama
·         Sakit kepala sebelah , Migrain
·         Reumatik
·         Melancarkan peredaran darah, pegal linu, dan nyeri otot
·         Meningkatkan vitalitas, memperbaiki dan meningkatkan stamina tubuh.



Kamis, 06 Oktober 2011

Botani Pinus merkusii


Pinus merkusii Jungh. et de Vriese
Oleh Zen Siallagan

Taksonomi
            Famili : Pinaceae, Sinonim: P. sumatrana Jungh.; P. finlaysoniana, Wallich; P. latteri Mason; P. merkiana Gordon.   Nama lokal: tusam (Indonesia.); uyam (Aceh); son song bai (Thai); merkus pine (perdagangan); mindoro pine.
            Pinus Merkussi dengan nama daerah Tusam (Tapanuli) pertama sekali ditemukan oleh seorang ahli botani German Dr. F R Junghun (1841) di daerah Sipirok Tapanuli Selatan. Jenis ini termasuk jenis pinus dapat cepat tumbuh dan  tidak membutuhkan persyaratan  yang khusus. Keistimewaan jenis ini antara lain dapat tumbuh kearah  selatan khatulistiwa.

Deskripsi botani
            Pohon besar, batang lurus, silindris. Tegakan masak dapat mencapai tinggi 30 m, diameter 60-80cm. Tegakan tua mencapai tinggi 45 m, diameter 140 cm. Tajuk pohon muda berbentuk piramid,setelah tua lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua berwarna gelap, alur dalam (dapat berbeda pada strain-strain tertentu).. Terdapat 2 jarum dalam satu ikatan atau lebih berdasarkan jenisnya, panjang daun 16-25 cm. Pohon berumah satu, bunga berkelamin  tunggal. Bunga jantan dan betina terdapat dalam satu pohon  berumah satu(monoceus). Bunga jantan berbentuk strobili, panjang 2- 4 cm, terutama di bagian bawah tajuk. Strobili betina banyak terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan.
                                         Gambar Tegakan alam Pohon Pinus daerah Batu Manumpak/Tapanuli Utara
Deskripsi buah dan benih
·      Buah: Berbentuk kerucut, silindris, panjang 5-10 cm, lebar 2 - 4 cm. Lebar setelah terbuka lebih dari 10 cm.
·    Benih: Bersayap, dihasilkan dari dasar setiap sisik buah. Setiap sisik menghasilkan 2 benih. Panjang sayap 22-30 mm, lebar 5-8 mm. Sayap melekat pada benih dengan penjepit yang berhubungan dengan jaringan higroskopis di dasar sayap, sehingga benih tetap melekat saat disebar angin selama sayap kering, tetapi segera lepas bila kelembaban benih meningkat. Umumnya terdapat 35-40 benih per kerucut dan 50.000-60.000 benih per kg. (Hidayat  & Christian.2001).

strobilus dan sisik buah Pinus merkusii  

benih Pinus merkusii

       Penyebaran dan habitat
            Satu-satunya pinus yang sebaran alaminya sampai di selatan katulistiwa. Di Asia Tenggara menyebar di Burma, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Indonesia (Sumatra), dan Filipina (P. Luzon dan Mindoro). Tersebar 23oLU-2oLS. Di Pulau Hainan (China) diperkirakan hasil penanaman. Di Jawa dan Sulawesi Selatan (Indonesia) juga merupakan hasil penanaman. Tumbuh pada ketinggian 300 - 1.800 m dpl, pada berbagai tipe tanah dan iklim.  Curah hujan tahunan rata-rata 3.800 mm di Filipina hingga 1.000-1.200 mm di Thailand dan Burma. Di tegakan alam Sumatra (Aceh, Tapanuli dan Kerinci), tidak satu bulan pun curah hujan kurang dari 50 mm, artinya tidak ada bulan kering. Suhu tahunan rata-rata 19-28oC.

Penyebaran jenis Pinus
            Berdasarkan letak geografisnya tegakan pinus di alam Indonesia khususnya daerah sumatera dibagi atas 3 strain yaitu :
1.      Strain Aceh, Penyebaranya dari pegunungan Selawah Agam sampai sekitar Taman Nasional Gunung Leuser. Dari sini menyebar ke selatan mengikuti pegunungan bukit barisan lebih kurang 300 km melalui Danau Laut Tawar, Uwar, Blangkejeren sampai ke Kotacane. Di daerah ini tegakan pinus pada umumnya terdapat  pada 800-2000 mdpl.
2.      Strain Tapanuli, Menyebar di daerah Tapanuli ke selatan Danau Toba. Tegakan pinus alami yang umum terdapat di pegunungan Dolok Tusam dan Dolok Pardomuan. Di pegunungan Dolok Saut, Pinus bercampur dengan jenis daun lebar. Di daerah ini tegakan  pinus tumbuh secara pada ketinggian 1000-1500 mdpl (Butar-Butar et al.,1998).
3.      Strain Kerinci, Menyebar di sekitar pegunungan kerinci . tegakan pinus alami yang luas terdapat di antara Bukit Tapan dan Sungai Penuh.  Di daerah ini tegakan pinus tumbuh  secara alami umumnya pada ketinggian 1500-2000 mdpl. (Butar-Butar et al.,1998) dalam Sibarani, P.
            Berdasarkan Pengamatan dilapangan yang dilaksanakan oleh Badan Pengembangan dan penelitian Kehutanan Aek Nauli Pinus merkussi strain kerinci telah mengalami penurunan jumlah populasi, dan spesies ini termasuk salah satu spesies yang endemic di daerah sumatera/Indonesia (Darmawan. 2011). Pinus merkusii strain Kerinci secara alami dapat dijumpai di wilayah kerja Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dengan luas 1.375.934 hektar, yang memanjang hampir 350 km dengan lebar sekitar 50 km dari barat laut ke tenggara meliputi empat provinsi, yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan (Kompas, 9 September 2005). Sebaran alam yang "sangat sedikit" didapatkan untuk strain Kerinci.

Sifat-sifat Fenotip  Pinus Merkussi

            Perbedaan sifat-sifat fenotip antara strain Tapanuli dan strain Aceh berupa  bentuk batang, daun, sistem percabangan, ruas batang, kulit batang, kandungan  getah, produksi getah, pembijian, dan kepekaan terhadap serangan Millionia basalis telah dikaji oleh Van de Veer dan Goves (1953) serta Soerianegara dan Djamhuri (1979). Menurut Cordes (1867), sifat-sifat morfologi P. merkusii strain Kerinci adalah: berbatang lurus, percabangan sangat tinggi, daun jarum sebanyak dua buah (hampir sama dengan jenis Pinus sylvestris), daun licin dan bagian dalamnya agak cekung dan kasar. Armizon et al. (1995) mendapatkan perbedaan sifat-sifat morfologi antara strain Kerinci dengan strain Aceh. Dibandingkan dengan strain Aceh, sifat-sifat strain Kerinci adalah : bentuk batang umumnya lebih lurus dan lebih silindris, kulit batang umumnya lebih tipis (1 cm) dengan warna lebih terang  (putih keabu-abuan) dan alur yang lebih dangkal, sedangkan daunnya relatif lebih jarang, dan diduga kerentanan  terhadap kebakaran lebih rentan karena kulitnya yang lebih tipis. Selanjutnya, Mukhtar dan Santoso (1987)  dalam (Suhaendi 2006) menyebutkan bahwa strain Kerinci secara morfologis memiliki banyak kesamaan dengan strain Tapanuli.
             
Manfaat/Kegunaan Pohon Pinus.
 Pohon pinus (tusam) merupakan salah satu jenis  tanaman yang potensial untuk dibudidayakan dengan berbagai manfaat sebagai berikut :
1.    Batangnya dapat disadap karena mengandung getah ,dan getah ini dapat diproses untuk menghasilkan gondorukem dan terpentin. Gondorukem dimanfaatkan lagi untuk bahan pembuatan sabun,resin dan cat sedangkan terpentin biasanya digunakan untuk industry parfum, obat-obatan dan desinfektan.( Siregar E.2005 )
2.      Hasil kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan, bahan pembuatan korek api, Pulp dan kertas serat rajang.
3.        Bagian kulitnya dapat dijadikan sebagai bahan bakar. Dan abunya dapat dijadikan sebagai bahan campuran pembuatan pupuk karena mengandung kalium.
4.      Pinus sering ditanam untuk rehabilitasi dan  reboisasi lahan, karena Pohon conifer ini  dapat  tumbuh pada berbagai lahan gersang dan kritis dan tidak memiliki syarat tumbuh yang khusus.
5.       Secara Etnobotani Kerucut pinus (strobilus) oleh pengrajin dapat dijadikan sebagai kerajinan tangan seperti aksesoris(gantungan kunci) dan sebagai hiasan rumah.

Referensi :
Hidayat Jajat & Christian..2001. Informasi singkat Benih ; http://bpthbalinusra.net/    sbseedleaflet 105- tusam-pinus- merkusii-jungh.html. Diakses tanggal 2 juli 2011
Darmawan Edy.2011. Komunikasi/wawancara Pribadi
Suhaendi Hendi. 2006. KAJIAN TEKNIK KONSERVASI . Pinus merkusii Strain Kerinci.
Bogor. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor.
Siregar.E .2005. Pemuliaan Pinus Merkussi. Medan : Universitas Sumatera Utara.